Zaman semakin maju dengan pesat, teknologi semakin menunjang untuk langkah lebih baik. Mungkin demikian jika dilogika. Namun ketika kita melihat fenomena akhir-akhir ini yang santer beredar video kekerasan, bullying, video perbuatan tidak senonoh, video ujaran kebencian, dan kebanyakan semua itu dilakukan oleh generasi emas. Generasi usia produktif yang seharusnya menjadi unas bangsa untuk semakin membuat Indonesia menjadi jauh lebih baik.
Pasti para orang tua miris melihat hal demikian. Muncul perasaan was-was, khawatir dan takut jika anak mereka akan menjadi seerti itu juga.
Apalagi beberapa khasus dijumpai justru berada disekolahan yang notabene menjadi tempat untuk belajar mereka, temat yang telah orang tua percaya untuk menitipkan anak mereka setiap hari dalam kurun waktu sepertiga hari bahkan lebih.
Banyak dari orang tua yang merasa bahwa sekolah merupakan tempat penitipan dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk masa depan anak. Sehingga secara otomatis akan muncul fikiran bahwa yang penting sudah bayar, anak berangkat sekolah dikasih uang, pulang sekolah ya sudah dibiarkan tanpa perlu ditanya aktifitas disekolah bagaimana.
Sekolah memegang peran penting terhadap anak mulai pukul 07.00 hingga kisaran pukul 13.00, enam jam dalam enam hari.
Sepulang sekolah biasanya anak akan istirahat atau tidur walau ada sebagian yang memilih bermain. Dari pulang sekolah sampai kira-kira pukul 16.00. Apakah orang tua mengambil peran pada waktu ini?
Saya ra tidak, karena anak-anak yang memilih istirahat biasanya ipakai untuk tidur dan mustahil orang tua mengambil peran untuk lebih tahu tentang anak dengan mengamati ketika mereka tidur.
Orang tua hanya kebagian waktu memasuki magrib hingga pukul 21.00, kira-kira tigat hingga empat jam dalam sehari aktif. Itupun jika para orang tua benar-benar menjadikanya waktu yang berkualitas untuk setidaknya bertanya "aktifitas apa sajakah yang telah kamu lakukan nak?"
Waktu yang hanya sekitar emat jam inilah yang seharusnya dimanfaatkan orang tua untuk "mengaudit" segala aktifitas anak-anak kita. Dengan begitu kita akan tahu apa yang telah dialami oleh mereka seharian.
Kita dapat memberikan masukan jika ada unsur negatif, kita dapat memberikan pujian mengenai kegiatan yang positif.
Lantas apakah cukup jika porsi kurang lebih empat jam tersebut dibanding dengan kegiatan mereka diluar yang bisa memakan tiga kali lipat lebih banyak?
Tentu saja cukup, jika hal tersebut dilakukan secara rutin, maka kita sebagai orang tua akan mampu mengganti waktu lain yang telah dipakai anak kita diluar.
Bukan mengenai kuantitas, namun mengenai kualitas menjadi orang tua yang harus lebih hebat dan kuat untuk kebaikan generasi kita kedepan.
Semoga bahagia dengan Chocordan Mami Muda ya
No comments:
Write komentar