Tuesday, May 9, 2017

FANATISME DAN APATISME MASYARAKAT INDONESIA YANG MAJEMUK

 

ADS
Dia adalah ustad terpandang dengan banyak pengikut. Jika berbicara dia sangat lancar, jika berdalil dia sangat fasih, jika beropini dia sangat jago, dan jika beretorika dia sangat brilliant. Keren banget ustad ini.

Kajian yang dibawakanya selalu tepat sasaran. Ketika dakwah dikampus yang notabene berhadapan dengan remaja, maka dia akan membawakan tema seputar remaja, kegalauan, percintaan, prestasi, masa depan.
Begitupun ketika jamaah yang dihadapi adalah orang tua, maka dia akan berdakwah dengan tema seputar rumah tangga, mendidik anak, mendapat rejeki berlimpah.

Dakwahnya sangat keren, bahasanya mudah dimengerti, ilmu keislamanya tinggi sekali dibuktikan dengan terampil dan fasihnya dia melantunkan dalil sebagai dasar. Berawal dakwahnya yang terkumpul dalam youtube, kemudian isi ceramah yang terangkum dari tulisan diberbagai website. Hingga kini sang ustad telah memiliki pusat dakwah diberbagai masjid.

Track record sang ustad tidak begitu dikenal masyarakat, siapa gurunya, kemana dia belajar mengaji, aliran apa yang dia ikuti, apakah benar-benar ahlusunnah waljamaah seperti yang dia ucapkan dalam setiap ceramahnya?

Dan masyarakat tidak butuh data-data itu, yang ada dalam fikiran masyarakat adalah logika ceramahnya dapat diterima, serta banyak jamaah yang mengajak mengikuti pengajianya.

Beberapa tahun silam ceramah yang dia bawa begitu mendamaikan, adem. Ditambah dengan "gaul"nya sang ustad yang dapat menyesuaikan dengan jamaah pengajian tentu hal ini berdampak positif sehingga jamaahnya kian hari semakin bertambah.

Lambat laun seiring bertambahnya jamaah yang tersebar diberbagai daerah, dan semakin banyaknya jamaah yang "merasa nyaman" sehingga percaya dengan isi ceramahnya, maka disini waktu yang tepat untuk melakukan gerakan. Mengubah pemikiran masyarakat yang sudah sejak lama mempercayai dasar agama yang kontemporer.

Sebagai rangkuman, beberapa tahun silam si ustad ketika berceramah selalu bilang tahlilan itu boleh dilakukan, dengan cara ini mereka dapat merebut hati masyarakat. Ketika pengikutnya sudah mulai tersebar dan memiliki basis masa yang militan (fanatik) maka ustad kembali memberikan ceramah bahwa semua yang tidak dikerjakan Nabi adalah BID'AH dan SEMUA BID'AH ITU SESAT.

Pernyataan tersebut ditambah dengan pertanyaan apakah Nabi melakukan tahlilan? Jika tidak maka kenapa harus kita lakukan, sedangkan itu adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat?
Sangat brililant agama cukup dimainkan dengan logika.

Dan pada akhir ceramah, ustad berkata melakukan tahlilan boleh, tidak melakukan tahlilan justru bagus. Tapi ingat bahwa Nabi tidak melakukan tahlilan, dan semua bidah itu sesat. Orang yang sudah tahu hukumnya sesat dan tetap melakukanya berarti orang tersebut munafik, bisa jadi dia kafir yang bertujuan memecah belah umat dengan mengaku Islam namun melakukan bid'ah.

Seperti itulah cara sang ustad mencapai tujuanya, sekali lempar dua burung didapat. Islam yang damai dan menjaga keutuhan NKRI dapat mereka serang perlahan dengan mengubah mindset masyarakat. Ketika Mindset sudah dirubah, maka tak sulit menggerakan masyarakat secara massive.



Seperti semut hitam yang berjalan diatas batu hitam diantara kegelapan malam, Sangat samar bahkan nyaris tak terlihat.

Jika tahlilan adalah bid'ah, bagaimana nasib "berkat/Jajan" tahlilan? dan apakah Rasululloh ketika berdakwah dulu diberikan amplop? saya yakin tidak. Karena Rasululloh benar-benar mencintai umatnya melebihi diri Rasululloh sendiri.

Maka sudah sepantasnya kita lebih cerdas untuk mempertanyakan bid'ah dan mendalami makna dari syi'ir tanpa waton bahwa "Akeh kang apal Qur'an hadist e. Seneng ngafirke marang liyane. Kafire dewe gak digatekne" atau "Banyak yang hafal Qur'an Hadistnya. Suka mengkafirkan kepada orang lain. Kafirnya sendiri tidak dihiraukan"

Semoga Alloh senantiasa memasukan kita kedalam golongan orang-orang yang bertaqwa dan beruntung.
Aamiin Ya Robbal Alaamiin (SA/IvN)

Semoga bahagia dengan Chocordan Mami Muda ya

No comments:
Write komentar